Jakarta BIENNALE 2009
sebuah pergelaran seni rupa yang luar biasa mengawali tahun 2009. Jakarta BIENNALE 2009 merupakan pesta seni rupa yang berbeda beberapa yang sudah diselenggarakan sebelumnya, terutama karena kali ini pameran yang diselenggarakan bersifat internasional, dan memamerkan beragam karya seni rupa dari berbagai kalangan artis dan cabang seni rupa, sehingga memiliki jajaran karya yang memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan yang lain. Diversifikasi ini pun kemudian membuat jakarta BIENNALE 2009 semakin efektif dalam mendorong perkembangan budaya, terutama di kota besar seperti Jakarta, dan dalam merangkul ruang publik untuk lebih ‘melek seni’. Pameran ini juga menjadi titik temu dari berbagai seniman di pelosok negri untuk saling bertukar pikiran dan mengekspresikan diri ke khayalak ramai.

pameran ini sendiri dibagi menjadi beberapa sektor atau zona, seperti battle zone, understanding zone, dan fluid zone, sehingga terlihat menarik dan teratur.
pada battle zone, karya-karya yang ada juga dibagi lagi menjadi beberapa kategori. battle zone memuat karya-karya yang sifatnya memanfaatkan atau bahkan menciptakan ruang publik di jakarta, baik secara fisik maupun non-fisik. karya-karya yang masuk pada zona ini juga kebanyakan bersifat menggelitik atau menghibur publik, ataupun bersifat informatif. salah satu contohnya adalah karya ritchie ned hansel yaitu ‘kebisingan jalanan’. dalam karya ini sang artis mengukur tingkat kebisingan di jalan raya dari waktu ke waktu dan menggambarkannya ke dalam bentuk diagram dan dipamerkan dalam bentuk billboard di jembatan penyebrangan di daerah pondok indah, jakarta selatan. karya ini sangat menarik karena disaat kebanyakan orang berusaha menghindari kebisingan atau polusi suara atau malah menambah polusi suara tersebut, sang artis malah berusaha mendengarkan untuk ‘mengukurnya’, dan berusaha untuk memberi tahu orang-orang hasil dari usahanya.

zona lainnya, understanding zone berisi tentang pemahaman akan ARENA, yaitu konsep dimana para artis atau seniman menanggapi hal-hal yang terjadi pada ruang publik khususnya di jakarta, dan juga mengajak masyarakat untuk sadar akan apa yang sedang terjadi di ruang publik tersebut. salah satu bagian dari understanding zone adalah pameran foto : ruang perempuan. pameran foto ini sendiri menampilkan sekitar 25 karya fotografi dari beberapa fotografer. karya-karya pada pameran ruang perempuan ini berusaha untuk menguak permasalahan yang mungkin muncul ketika kota dibangun tanpa memperhatikan unsur manusianya.

kemudian ada fluid zone, bagian yang paling memperlihatkan diversifikasi kultural. bagian ini menyajikan karya-karya seni rupa kontemporer yang secara khusus mencakup wilayah asia tenggara. karya-karya kontemporer yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek belakangan ini diusahakan untuk dapat ditampilkan dengan baik disini. karya yang ditampilkan pun berasal dari seniman-seniman muda di kawasan asia tenggara yang dinilai memiliki perkembangan yang baik pasca 2000an. walaupun dibandingkan dengan benua asia dan eropa misalnya, wilayah asia tenggara masih terbilang kecil secara geografis, namun secara kultural wilayah asia tenggara menampung berbagai karakter yang unik, sehingga pameran ini diharapkan mampu menampilkan karakter-karakter kultural tersebut dalam seni rupa kontemporer. salah  satu karya di bagian fluid zone adalah ‘java’s machine phantasmagoria’ karya kuswidananto a.k.a jompet. karya ini terdiri dari instalasi multimedia berupa drum, alat elektronik, resin, dan juga video, yang menyerupai sekelompok drum band. karya ini mempersoalkan rapuhnya batas antara material dan immaterial, kenyataan dan ilusi, diam dan bergerak, magis dan mekanis, jawa dan non-jawa. disini jompet menampilkan mesin sebagai perangkat mekanik buatan manusia.

berikut beberapa foto,

foto 01

foto 02

foto 03

foto 04

foto 05

Data Kelompok Tinjauan Desain DKV-D

Leave a comment